Dracula Vlad Tepes The impaler (Sang Penyula)

Kita semua pernah mendengar nama Dracula, tokoh mistis yang dibesarkan namanya oleh Bram Stoker, cerita legenda yang sempat membuat masa kecilku tidak menyenangkan, aku begitu terpesona oleh tokoh ini, terutama ketika ia diperankan oleh Gepeng, ya tokoh srimulat ini pernah memerankan drakula dalam sebuah film layar lebar.

Di tambah dengan banyaknya sandiwara radio bertemakan drakula atau vampire (bukan vampire Cina, jaman itu belum ada serangan membabi buta dari vampire tiongkok), lalu film import dari Hollywood sana menambah seram suasana malam di rumahku. Rumahku banyak sekali pohon dan itu berarti banyak daerah gelap di sana. Dan menurut legenda, kegelapan adalah istan dari sang pangeran kegelapan itu sendiri. Di saat itu, siang hari adalah saat saat yang paling menyenangkan untukku.

Diriku dipaksa untuk terus berjaga dengan seuntai bawang putih, dengan bertambahnya usia dan semakin banyaknya film yang aku tonton terutama cerita horror bumi sendiri, lambat laun kutinggalkan bawang putih untuk beralih ke dalam surat An Naas (peristiwa kerasukan masal didaerahku, membekaskan kesan mendalam mengenai surat An Naas), surat ini menjadi senjata andalanku dalam memerangi dunia mistis sampai beberapa saat yang lalu untuk kemudian digantikan oleh ayat Kursi.

Beberapa tahun yang lalu, aku diingatkan kembali pada tokoh drakula, ketika membaca sebuah buku mengenainya, drakula dari sudut pandang yang berbeda, buku itu berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib”. Sebuah buku yang memaparkan akan kenyataan baru bahwa tokoh ini adalah seorang tokoh nyata, well sebenarnya aku pernah baca tema yang mirip dengan ini di majalah anak anak, cerita mengenai pangeran Dracula dari Wallachia yang gagah berani dalam memerangi penjajah dan mendapatkan julukan si penyula.



Fakta tambahannyalah yang mengejutkan, bahwa musuh yang dihadapi oleh sang drakula adalah tentara Turki Ottoman pimpinan Muhammad Fatih sang penakluk konstantinopel. Lalu berikutnya adalah fakta bahwa “menyula” merupakan suatu metoda penyiksaan jaman dahulu yang sangat kejam, yaitu sebuah bambu runcing ditancapkan tegak ke tanah dengan ujungnya yang runcing menghadap ke atas, lalu sang tawanan akan dipaksakan berada dalam kondisi, bokong/pantat (aku tidak tahu mana istilah yang lebih sopan), mengarah pada ujung runcing bambu tersebut, tidak dapat dibayangkan bagaimana sakitnya perasaan si tawanan, lalu dengan bantuan gravitasi si tawanan akan mengarah turun perlahan lahan ke bawah, dan itu berarti bamboo akan semakin masuk ke dalam tubuhnya.

Mati secara perlahan lahan, secara pribadi, aku lebih memilih mati di pancung dari pada di sula, setidaknya sepertinya proses kematiannya lebih cepat, walau lebih cepat belum tentu lebih baik. Dan Sang Drakula melakukan hal ini atau lebih tepatnya memerintahkan ribuan kali penyulaan terhadap tawanannya. (Tidak dapat disangkal bahwa sebagian dari tawanannya itu adalah umat Islam, akan tetapi bukan hakku untuk memberikan penilaian bahwa si penyula adalah juga pembenci Islam ataupun memberi cap pahlawan pembela bangsanya bagi sang count).

Hanya sayang sekali walau buku itu menjelaskan fakta sejarah, kesan yang didapat adalah penulisannya yang tidak professional (bukan berarti aku seorang professional writer), hanya saja referensi/sumber berita yang digunakan terasa kurang dan tampak sekali ada unsur subyektifitas yang mengalir di dalam buku itu , sehingga menurutku buku itu belum cukup untuk disebut sebagai buku sejarah.

Wikipedia memberikan satu halaman khusus mengenai Dracula ini http://en.wikipedia.org/wiki/Vlad_III_the_Impaler, ini bisa jadi bahan referensi tambahan bila ada yang berminat terhadap Dracula.
Teringat kenyataan bahwa sejarah di tulis oleh sang pemenang dan sering kali dipelintir untuk kepentingan tertentu.
Sejarah bagaikan bola Kristal raksasa tembus pandang yang memberikan bayangan yang berbeda tergantung sudut mana kita melihat.

Related Post



0 Responses

Thank you for your comment, i really appreciate it

Gema Pramugia