Pernahkah kita memperhatikan perjalanan hidup kita dalam konteks bahasa sehari hari yang kita gunakan?
Mungkin ya, mungkin tidak, setidaknya renungan akan hal itu tersirat dalam benakku saat membaca komentar salah satu rekan pada tulisan cerita pendekku, “Pram and his journey”, komentarnya sederhana, “lo seh gue, kok gue jadi bingung....”.
Sebenarnya aku sendiri tak terlalu memahami akan maksud dari komentar tersebut, namun penggunaan kalimat yang berbau betawi atau sebagian orang menyebutnya sebagai bahasa gaul, mungkin adalah semacam kritisi dari penggunaan bahasa dalam ceritaku itu.
Dari hal itu, aku kemudian berpikir mengenai perjalanan kehidupan sekolahku dulu. SD dan SMP kulewati di daerah yang bisa kusebut sebagai Bandung pinggiran, pada saat itu penggunaan bahasa sunda sebagai pengantar pergaulan sehari hari sangatlah kental, bahasa indonesia hanya digunakan pada saat proses belajar mengajar, kecuali saat pelajaran bahasa inggris atau bahasa sunda tentunya.