Cika dan Cicika

Wow, ternyata ada kenalanku yang sudah berhasil menerbitkan buku, ruar biasa.

Judulnya adalah Cika dan Cicika, berikut ini adalah sinopsis ceritanya:

Cika adalah seorang anak pemberani. Suatu hari ketika dia sedang berlibur di rumah neneknya di dekat sebuah danau, dia diganggu segerombolan serangga.

Awalnya Cika mengira segerombolan serangga itu adalah lebah. Setelah dijelaskan oleh neneknya, ternyata segerombolan serangga itu adalah kunang-kunang, atau dalam bahasa sunda disebut Cicika.

Karena merasa kesal dikejar-kejar cicika, dia mendekati pohon yang merupakan sarang cicika itu. Dia lempari cicika itu dengan batu agar cicika itu lari. Tetapi tiba-tiba batu yang dilemparnya kembali padanya dan mengenai kepalanya hingga dia pingsan.

Ketika bangun Cika kaget, karena dia sudah berwujud sebagai cicika….

 

Tertarik membelinya? silahkan cek link ini http://www.bookoopedia.com/daftar-buku/pid-33872/cika-dan-cicika-soft-cover.html

Keluar dari pekerjaannya untuk mengejar impiannya sebagai writer, hanya dua kata dariku: ruarrr biasa.

Sebatang Wortel, Sebutir Telur atau Biji Kopi

Berikut ini adalah tulisan yang tertempel didinding musholla kantor, entah siapa yang menempelkannya disana. Selamat membaca.

Sebatang Wortel, Sebutir Telur atau Biji Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul. Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk.Ia membiarkan masing-masing mendidih.

Selama itu ia terdiam seribu basa. Sang anak menggereget gigi, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.

Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi, " jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak. Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.

Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan biji kopi tumbuk berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu. "Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu?

Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?"