Pelajaran Hidup Dari Penjual Ayam

Tulisan ini didapat dari kirima email istriku, dan setelah membacanya, ternyata isinya bagus dan banyak manfaat yang bisa kita petik. Selamat menikmati

Hari ini saya memperoleh ilmu yang dalam sekali tentang cara memandang kehidupan
Saya adalah sales rumah di daerah Lippo Cikarang, kemrn pas belanja pagi dipasar saya beli ayam tau2 ditanya sama penjual ayam (orangnya biasa sekali, bahkan cenderung ndeso, maaf ya bu ga bermaksud ngejek lho, cuman keliatannya saja)
menempati meja kecil dari kayu , ayamnya pun cuman beberapa

dia nanya : Bu, maaf ibu tinggal dimana ? saya jawab di lembah hijau,
dia nanya lagi : kalo di lembah hijau rumahnya mahal2 ya, saya pengen beli rumah tapi saya cuman sanggup nyicil 10 juta per bulan...

GUBRAK !! (saya langsung bengong..... ) nggak salah nih, saya amati lagi ibu itu, dia bilang lagi : katanya ga bisa ya orang kayak saya tinggal disitu, biar ga jauh2 kalo jualan pagi2 tapi yang lingkungannya aman.

Saya langsung bilang : boleh bu, kalo mau liat rumahnya ayo saya liatin mumpung saya ada beberapa

kami langsung berangkat, disepanjang perjalanan ibu itu cerita kalo untung bersihnya sehari 1 juta, 300 ribu dia sedekahin ke orang2 yang lebih membutuhkan (kata dia : saya ga banyak ngabisin uang kok, buat makan n hidup berdua ma suami udah lebih dari cukup, FYI : suaminya jualan mie ayam grobak ), sisanya dia tabung, dia pernah ditipu orang 90 juta lebih tapi dikembalikan Allah dgn hasil yang lebih banyak.

Kami liat beberapa rumah di Lippo, dan dia masuk ke rumah yang saya jual dgn alas kaki dilepas dan berkali2 minta maaf karena bau ayam, saya sampai terharu, ibu ini, orang kaya tapi sederhana sekali

Dan kemrn dia langsung deal dgn rumah seharga 280 juta, DP 150 jutaan dan sisanya diangsur selama 12 x

Subhanallah, selama perjalanan pulang tak henti2nya saya mikirin ibu itu terus, bukan karena uangnya yang banyak tapi karena mikirin betapa kadang kita terlena oleh cover seseorang, penampilan luarnya bahkan kadang kita menghina mereka.
Saya jadi malu, kadang kita petentang petenteng naik mobil kemana2 tapi uang didompet cuman 20 rebu
Sementara ibu itu, kemana2 naik ojek, tampilannya lusuh dan bau ayam , tapi tabungannya banyak dan dia masih sangat peduli dgn orang lain.

Saya pikir ibu itu adalah orang yang bahagia sejati, bisa hidup tanpa gengsi tapi tau apa keinginannya.

Semoga kita bisa memetik pelajaran dari kisah ini
Don't judge a book by its cover

Salam hangat,
Novi Diah S

Note: tulisan ini 100% copas, sebenarnya aku sudah tahu sejak dahulu kalau para penjual ayam dan juga tukang beras itu orang kaya, maklum di kampungku, mereka itulah orang orang yang bergelar haji dan rumahnya besar dan luas. Walau tidak semuanya.
Jadi teringat dulu ketika baru saja lulus kuliah, pihak universitas memberikan sedikit buklet kenangan dan didalamnya ada sebuah kartun yang menggambarkan betapa gagahnya seseorang terlihat ketika ia di kantor, berdasi dan berjas dengan gadget yang mentereng tetapi ketika balik ke kostannya, dasi dan jas itu ternyata hanya satu satunya dan ia tinggal di kamar yang sangat kecil tanpa ada fasilitas elektronik apapun.
Kita terlalu sering memperhatikan penampilan luar saja. Kita? lebih tepatnya Aku.

Related Post



3 Responses
  1. Ossy Says:

    Iya kang, ternyata emang banyak yang orangnya sederhana tapi hartanya bertebaran dimana-mana, tapi ada juga yang hartanya banyak, rumah bagus, penampilannya sederhana, tapi kerjaannya tiap jumat pagi berduyun-duyun minta sedekah ke rumah-rumah..

    Dont judge a book by its cover, jangan menyalahkan buku kalo gabisa beli koper.


  2. Junaidi Says:

    blotnya bagus bos........


  3. sandi Says:

    wah mantap mas ceritanya..mg kita bisa ambil hikmahnya...salam kenal


Thank you for your comment, i really appreciate it

Gema Pramugia