Yayasan Sayap Ibu

Tulisan ini di dapat dari kiriman milist dan seperti biasa, sumbernya hilang tercecer entah dimana, namun isinya tetap mampu menyentuh hati setiap yang membaca, selamat merenung.

Terik hari, kaki melangkah tak tentu. Ingin kembali ke kantor? Hm….enggan sekali kaki kembali ke sana! Ah….toh deadline masih dua hari lagi! Lebih baik, pergi mengunjungi sahabat! Eh….ternyata dia sedang tidak ada di kantornya. Sahabat saya itu sedang berkunjung ke Yayasan Sayap Ibu. Tugas kantornya. Saya telepon-lah dia! Saya susul ke sana!

Yayasan Sayap Ibu? Seumur-umur, biarpun saya dibesarkan dalam lingkungan pergaulan sekolah yang sangat dekat dengan kawasan Barito ini, baru sekali itu saya masuk ke dalamnya dan melihat lebih dekat! Biasanya, saya hanya melihat dari luar jika melewati jalan Barito itu. Atau, ketika ber-window-shopping ke Heritage Factory Outlet. Atau, ketika habis berkunjung ke rumah kawan-kawan di kawasan Benda dan Petogogan serta arah Gandaria.
Dari luar…gedung tua ini terlihat sepi. Ruang tamu-nya pun demikian. Terasa lenggang! Hanya kursi-kursi tamu yang kosong seperti menanti orang untuk mendudukinya. Beda rasanya, ketika saya semakin masuk ke dalam. Suara langkah-langkah kaki kecil mulai terdengar. Tawa dan ocehan anak-anak semakin kedengaran. Yayasan ini semacam tempat penampungan dan pengasuhan anak-anak yang tidak diinginkan orangtuanya.

“Bruk!”. Kaki saya ditubruk seorang bocah! Matanya mengerjap-ngerjap meminta maaf pada saya. Saya usap kepalanya…dan tersenyum manislah dia yang bernama Reihan. Bocah berumur 4 tahun ini langsung menggenggam erat tangan saya dan menariknya. Seorang wanita bertanya pada Reihan, “Reihan, siapa itu? Maaf ya..mba! Biasa Reihan ini, senangnya menggandeng orang!”. Memang, saat itu Reihan berusaha memaksa saya untuk terus mengikutinya…namun karena saya tidak ingin dibilang sebagai tamu yang tidak sopan, buru-buru saya jelaskan siapa dan maksud kedatangan sambil meminta maaf karena main masuk saja mengingat tidak ada seorang pun di ruang tamu. Wanita ayu berusia akhir 40 tahun-an itu tersenyum dan menyilahkan saya untuk melihat-lihat sambil memanggil sahabat saya yang ternyata sedang rapat dengan pengurus yayasan ini.

Ya…sudah! Saya berkeliling yayasan ini ditemani Reihan sebagai tur guide cilik! Sebenarnya sih peran Reihan tidak sebagai tur guide….karena dia tidak mau melepaskan tangannya sejenak dari saya! Reihan…sepertinya anak ini ada turunan bule-nya….kulitnya putih, berhidung bangir, dan bibir merah dengan rambut yang hitam legam. Sayang…..pengasuh yayasan bercerita….Reihan adalah salah satu dari anak yang tidak diinginkan oleh ibunya. Cerita yang mungkin hanya bisa saya temui di buku, sinetron, atau film dimana ada seorang wanita yang rela meninggalkan bayi merahnya di depan pintu rumah itu benar terjadi pada Reihan. Tidak hanya Reihan. Reihan masih beruntung karena diletakan langsung di depan pintu yayasan ini. Sementara, ada puluhan bayi lainnya yang ditampung di yayasan ini karena ‘dibuang’ dan berhasil bertahan hidup setelah berjam-jam atau berhari-hari tergolek di tempat sampah.

Saya di bawa ke sebuah ruangan bayi…..duh…perasaan ini bercampur baur…..wajah-wajah tak berdosa itu dengan keterbatasan dirinya sebagai bayi berlomba menoleh ke saya….ada yang langsung merangkak mendekati pinggiran boks-nya…..ada yang berusaha berdiri sambil memegangi boksnya…..dan celoteh-celotehnya pun mulai terdengar……tampaknya bayi-bayi ini berusaha menarik perhatian saya….dan…memang seperti itulah yang akan terjadi jika ada yang masuk apalagi kalau seorang wanita……saya kunjungi setiap boks bayi yang ada dua puluh unit itu….saya berusaha menyentuhnya bayi-bayi itu satu persatu….setiap saya pindah ke boks yang satunya….sepertinya saya mulai membuat bayi-bayi itu menangis…..dan sepertinya mereka bertanya….”Kok, Cuma sebentar saya dipegang? Kok, saya nggak digendong?”. Saking ngga teganya saya melihat ekspresi mereka, buru-burulah saya keluar dari ruangan itu….dan Reihan masih tetap menggandeng erat tangan saya sesekali menempelkan tubuhnya.

Kemudian, kaki saya melangkah ke ruang khusus untuk Balita dimana Reihan tidur. O iya…dalam ruang bayi itu….ada juga seorang wanita yang sedang asyik bermain dengan bayinya….ternyata wanita muda berusia remaja itu ingin tetap bersama bayinya yang dilahirkan akibat dari pergaulan bebasnya…..dan wanita muda ini berasal dari kalangan yang cukup berada dan lebih memilih melahirkan dan menyerahkan bayinya pada yayasan ini karena dia tidak sanggup menghadapi kedua orangtua dan keluarga besarnya…..Sungguh….cerita Oh Mama dan Oh Papa terjadi di depan saya yang keluar dari mulut wanita muda itu ke saya….

Ruang balita ini lebih luas…..pada saat saya masuk….anak-anak balita ini sedang bermain di atas karpet berwarna dominant hijau dengan gambar Winnie the Pooh. Saya memutuskan bergabung duduk dengan mereka dan mereka langsung berebutan mendekati saya…..ada yang meluk saya tiba-tiba dari belakang. Ada yang menggelendoti tangan kanan saya. Dan, ada yang berusaha merebut tangan kiri saya dari Reihan yang akhirnya membuat kedua anak itu berantem dan karena Reihan lebih besar…anak itu kalah dan menangis keras karena didorong oleh Reihan. Reihan menyesal. Saya bilang padanya tidak boleh seperti itu…sambil tetap memegang tangan Reihan…saya raih anak kecil yang menangis bernama Ilham itul…sementara punggung saya tetap digelendoti anak wanita yang bernama Ruth….

Mereka meminta saya menyanyi…..he..he….saya keluarkan koleksi lagu anak-anak yang saya hafal…dan dengan suara pas-pasan saya bernyanyi….yang diiringi ketawa mereka kalau tiba-tiba suara saya fals…..bolak-balik pengasuh yayasan ini minta maaf pada saya akan polah anak-anak tersebut…..untunglah…mereka nyaman-nyaman saja dan tetap riang mendengar suara saya…..Saya bersyukur saya pernah bersekolah di Pak Kasur dan orangtua saya mau membelikan kaset anak-anak waktu saya kecil…itu tuh…lagu-lagu AT Mahmud dan Ibu Sud….Cape nyanyi? Saya diminta mereka mendongeng….lagi-lagi…saya keluarkan memori dongeng-dongeng anak kecil….itupun semampu saya…..ujung-ujungnya….saya main ular-ular tangga panjangnya bareng mereka….dan main cublek-cublek suweng..permainan anak kecil dari jawa yang ternyata mereka sangat menyukainya……

Ketika saya mendongeng…..ada yang jatuh tertidur….saking takutnya ditinggal….jari-jari kakinya ditaruh di atas paha saya yang duduk bersila…..dan..mata saya tertuju pada seorang anak yang selalu diam mengamati dari jauh dari atas tempat tidurnya…..kelihatan sekali dia ingin bergabung dengan kami…tapi apa daya setelah saya hampiri….Oh….ternyata tubuhnya tidak sempurna….dalam posisi tengkurap dari jauh anak yang bernama Sabar berusia 3 tahun itu terlihat sempurna atau dari posisi kita duduk mengingat saya itu duduk di lantai…..tapi…..tubuhnya lengkap hanya dari batas pinggang ke atas….pinggang ke bawah….maaf…dia tidak punya kaki…..wajah yang tampan dengan matanya yang belo langsung menyodorkan tangannya minta digendong saya…..dan….dia langsung mencium pipi saya sambil bilang makasih dengan suara anak-anaknya dan tertawa kesenangan dalam pelukan saya…..Saya bawa Sabar bergabung bermain kembali dengan anak-anak yang masih ngerubungin saya pada saat menghampiri Sabar itu…..Sabar saya dudukan di atas paha saya sambil bernyanyi kembali dengan mereka....

Jam makan siang bergema….dan…mereka makan bareng sambil sesekali berebut…ya..namanya anak-anak…..dan…tetep….mereka meminta saya bercerita atau bernyanyi…..hi..hi….jadi penyanyi dadakan deh…….sesekali ada beberapa dari mereka menyorongkan makanannya ke saya…pura-pura mau nyuapin saya…..atau ada yang tiba-tiba rewel seperti Reihan, Siti, Lisa, dan Wawan yang minta saya menyuapi mereka…..dibantu mba-mba pengasuh yayasan saya mengajarkan mereka untuk belajar mandiri…..namun tidak bisa juga kita menyalahkan permintaan anak-anak ini…..kata ibu pengasuh….saking inginnya sosok seorang ibu….jika ada setiap wanita yang berkunjung dan mereka merasa ada ‘klik’ dengan wanita itu…..berebutan deh minta perhatian….ya…Alhamdulilah jika kehadiran saya berarti sekali buat mereka……

Tidak lama setelah jam makan siang….mereka harus tidur…..dan siap-siaplah mereka bobo siang…..mereka beranjak ke peraduan dengan rasa berat hati berpisah dengan saya….begitu pula dengan perasaan saya …..satu persatu mereka minta saya untuk datang kembali dan bermain lagi sama mereka….Saya keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang nggak menentu terlebih setelah melihat wajah mereka yang terlelap…..Hanya satu dalam benak saya….betapa bersyukurnya saya dalam hidup ini….punya orangtua yang mencintai dan menyanyangi saya….memberikan saya kesempatan untuk merasakan kehidupan yang baik dan meraih cita-cita….memberikan kesempatan bertemu dengan kawan-kawan dan sahabat-sahabat yang juga menyanyangi saya……dan..pengalaman pahit dalam hidup yang saya alami masih jauh lebih baik dibandingkan mereka yang sejak dalam kandungan dan dilahirkan pun sudah tidak diinginkan……

Saking tidak diinginkannya oleh ayah ibunya, maka mereka terlahir dengan tidak sempurna….baik fisik atau mentalnya…..dan hidup mereka bergantung pada yayasan yang hidupnya pun bergantung pada kebaikan dan kearifan orang yang mampu….Reihan adalah salah satu anak yang beruntung dilahirkan sempurna dan sekarang sedang menunggu proses pengadopsian dirinya selesai…..tapi…bagaimana dengan anak-anak yang tidak sempurna fisik dan mentalnya…..apakah ada yang mau mengadopsinya? Tetapi….kita juga tidak bisa menyalahkan calon orangtua adopsi yang lebih memilih anak-anak yang sehat….karena memang demikian adanya……

Tetapi….apapun persoalannya….apakah anak-anak itu sehat atau tidak…sempurna atau tidak sempurna fisiknya…..mereka sudah terluka hatinya…..karena mereka memang sudah tidak diinginkan keberadaannya sejak awal…..yayasan ini berbeda dengan panti asuhan pada umumnya…..tidak heran…jika mata mereka mengerjap sangat haus kasih saying baik dalam bentuk sentuhan dan sapaan…..dengan bahasa tubuh selayaknya anak kecil dalam mengatakannya…..inilah yang Reihan lakukan pada saya sebagai contoh……

Sahabat saya sudah selesai rapat dengan pengurus yayasan….dan kita memutuskan pulang…..ketika saya masih berdiri di depan pintu utama yayasan…..lagi-lagi….kaki saya ditubruk dua anak kecil dari belakang sambil diiringi tangis yang sesenggukan….ternyata Reihan dan Ruth….mereka minta saya jangan pulang….saya harus sama mereka…..dua-duanya manggil saya Ibu….”Ibu…ibu…jangan pulang!!”. Asli…saya terdiam seribu bahasa……saya peluk mereka dan tangis mereka makin keras….Reihan berkata sama saya,” Kalau Ibu pulang, mau ke sini lagi nggak?”. Saya jawab iya. “Bener??,” tanyanya lagi. “Ya,” jawab saya. Mulailah dia tenang.

Beda dengan Ruth yang agak down syndrome secara mental karena ibunya bolak-balik ingin menggugurkannya dengan jamu-jamuan….Ruth masih menangis keras dalam pelukan saya…..Saya gendong Ruth sambil menggandeng Reihan menuju kamar mereka kembali. Saya tidurkan mereka di kasurnya masing-masing yang kebetulan berdampingan. Saya tidak bernyanyi takut membangunkan yang lain. Saya hanya bisa mengusap-usap kepala mereka. Sebelum menutup matanya yang sudah lima watt, Reihan memberikan saya boneka piglet kesayangannya—salah satu temannya Winni the Pooh-- yang sudah lusuh karena selalu dikekepin pas dia tidur……saya tolak dengan halus tapi Reihan ngotot agar saya menerimanya…..dan ibu pengasuhnya pun mengangguk dan membolehkan saya membawa boneka piglet itu…..nggak lama setelah saya menerima boneka itu…Reihan pun tertidur setelah mencium pipi saya dan saya mencium dahinya….sementara Ruth….dia masih terisak-isak takut ditinggalin saya….dan…pelan-pelan isakan itu menghilang karena dia pun lelap tertidur…..Pelan-pelan kaki saya beranjak keluar dari kamar balita itu…..sambil mengucapkan Selamat Tidur dan Sampai Jumpa lagi ……

Sahabat saya tersenyum maklum ketika di dalam mobil yang membawa kita pergi dari yayasan itu saya menangis……hm…ternyata saya cengeng juga…..sebuah pengalaman yang sangat berharga…..ingin sekali kaki ini kembali melangkah kesana….Sekarang, boneka piglet yang lusuh pemberian Reihan itu terpampang di meja untuk nemenin saya kalau deadline malam di kantor….atau teman saya tidur di rumah…..Setiap memandang piglet itu, saya selalu berharap semoga Reihan dan lainnya bertemu dengan orangtua yang didamba yang tulus menyanyanginya……

Yayasan Sayap Ibu
Jl. BArito II No.55 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12130

YAYASAN SAYAP IBU BINTARO
Jl. Cut Nyak Dien II FF 2 No. 13
Sektor 6 – Bintaro Jaya.

Related Post



9 Responses
  1. Anonim Says:

    Saya terharu juga membaca tulisan tentang Yayasan Sayap Ibu ini... informasi-nya bagus... Isteri saya dulu sering berkunjung ke sana bersama teman2nya, tapi saya sendiri belum pernah. Dengan membaca posting ini bisa memberi gambaran buat saya...

    Salam


  2. arie hananti Says:

    saya baca artikel ini ketika googling tempat adopsi anak legal. iya, saya terlintas ingin mengadopsi anak karena di dinding rahim saya ada myom sehingga ketika hamil harus bed rest total suami saya juga trauma ketika melihat saya melahirkan dengan myom yang besar. membaca artikel ini saya jadi ingin membicarakan tentang adopsi dengan lebih serius bersama suami. mudah-mudahan Allah SWT selalu melindungi anak-anak yatim piatu terutama balita karena mereka tak pernah minta dilahirkan tapi harus siap dengan beban hidup dipundaknya .....


  3. yoghy Says:

    Begitu menyentuh, saya cari info utk jadi sukarelawan di facebook YSI tapi belum dapat jawaban, mungkin ibu punya informasinya? Kalau tidak berkeberatan bisa e-amil ke saya di hanantoyoghy@gamil.com

    Terimakasih banyak, salam sejahtera utk kita semua.


  4. dewi Says:

    saya amat sangat terharu membaca cerita di atas.Awalnya saya mencari yayasan penitipan anak,kali2 aja ada yg membutuhkan tenaga tambahan bbrp jam yg bisa mengisi wkt luang saya.
    stlh baca cerita di atas,ingin sekali rasanya ke sana,cm bagi saya terlalu jauh,krn saya di bekasi pendatang dan bila pergi2 hanya dengan suami saya.kalau saja di bekasi ada yayasan sayap ibu.mungkin saya bisa mengisi kekosongan wkt saya.


  5. Rani Says:

    Ceritanya mengharukan sekali, saya jadi ikutan menangis..
    Jadi bersemangat untuk menjadi volunter di tempat tersebut :-) Makasih buat shared ceritanya.


  6. Dewi Ndoet Says:

    Terharu sekali saya membaca cerita ini mas ... sampe nangis terisak-isak ....


  7. Anonim Says:

    mas, ada kontak orang/pegawai yang kerja di yayasan sayap ibu ?
    atau nama pegawai yang bisa saya hubungi disana..?
    terima kasih sebelumnya


  8. Unknown Says:

    Makasih sharenya mba...insha Alloh mungkin kapan2 diberikan kesempatan mampir ke sayap ibu...mengharapkan seorg anak setelah 11 th menikah namun belum diberi...


  9. Unknown Says:

    Makasih sharenya mba...insha Alloh mungkin kapan2 diberikan kesempatan mampir ke sayap ibu...mengharapkan seorg anak setelah 11 th menikah namun belum diberi...


Thank you for your comment, i really appreciate it

Gema Pramugia