Aku tak ingat kapan pertama kali kita berkenalan, mungkin peristiwa itu biasa saja sehingga tidak berbekas sedikitpun dihati,
Akupun tak ingat kapan tepatnya kita menjadi dekat like a brother, ah sang pelupa ini selalu mengacuhkan detil.
Aku hanya ingat bagian terbaik dari hubungan kita, I’ve never seen you mad at anything; well not really; sometime you get mad when your team get bitten.
I know and I do realize that you are just an ordinary people like the rest of us.
Di suatu waktu dalam hidupku, kuhabiskan banyak waktuku bersama dirimu, saat saat menyenangkan yang sedikit terputus saat kumemutuskan untuk bekerja di luar kota.
Tapi, setiap kali kupulang kampung, tempatmu adalah satu tempat yang wajib kudatangi.
Aku teringat saat kau membawakan mie aceh untuk ibu, beliau sungguh berterima kasih walau beliau tak mampu menahan pedasnya makanan khasmu.
Aku pun sadar, bisa jadi akulah salah satu penyebab mengapa kau telat menyelesaikan kuliahmu. Virus Gema terlalu sering menyerang dan mengaburkan konsentrasimu dan ganggu prioritasmu.
Tapi akhirnya kaupun lulus, haha menyenangkan, aku sempat berpikir untuk membawamu bergabung ke perusahaan tempatku bekerja. Lalu mungkin kita bisa kost berdekatan, dan kebiasaan lamapun bisa kita teruskan.
Aku mengikuti acara wisudamu, kau tampak bahagia mampu membahagiakan orang tuamu yang saat itu juga hadir.
Malam itu untuk pertama kali aku berjumpa orang tuamu, dan juga mengetahui rencanamu untuk beristirahat sebentar di tanah rencong sebelum melanjutkan pengembaraan di tanah jawi.
So kitapun berpisah dengan rencana sebulan kemudian berjuang bersama di Jakarta.
Aku tak tahu bahwa itu adalah saat terakhir kita bertemu.
And since then, selalu ada saat dalam hidupku yang selalu teringat saat kita bersama.
Rest In Peace My Beloved Brother
Trully friend is easy to find but hard to keep..