Mengapa sepakbola Indonesia tidak pernah maju (part – 1)

Mengapa sepakbola Indonesia tidak pernah maju? Pernahkah pertanyaan ini terlintas dalam benak kita semua pada saat kita menyaksikan penampilan PSSI, pada saat kita menonton siaran piala dunia, piala eropa, piala asia atu piala piala lainnya, ataukah mungkin pertanyaan yang sama terlintas bersamaan dengan perasaan miris kala kita menonton siaran liga Indonesia, melihat tingkah laku pemain, wasit, penonton, pelatih, ketum pssi. Mengapa harus maju? Adakah alasan mengapa sepakbola ini harus maju, “maju” adalah suatu konsekuensi logis dari suatu “tindakan”, “maju” bukanlah sebuah keharusan.

Mengapa sepakbola Indonesia begitu terpuruk kedalam keadaan seperti ini, menurutku ada beberapa sebabnya:

1. Manajemen klub yang kacau, keuangan yang disusui terus.

Klub sepakbola Indonesia telah begitu dimanjakan oleh dana APBD, selama bertahun tahun mereka tidak perlu bekerja keras untuk mencari dana karena setiap tahun sealu ada dana segar siap untk dikucurkan oleh pemda.

Uang rakyat yang seharusnya menjadi alat untuk mensejahterakan kehidupan rakyat, dihamburkan untuk membiayai klub yang tidak memberikan faedah yang besar untuk kehidupan bermasyarakat.

Sebagian besar daripadanya digunakan untuk membayar pemain asing yang kualitas permainannya benar benar asing dari sepabola. Maka alangkah kalang kabutnya mereka ketika dana apbd ini di putus.

2. Wasit yang buruk

Siapa yang dapat berkata bahwa wasit di Indonesia adalah wasit yang baik? Sulit walau bukan berarti tidak ada yang baik tetapi susu setitik tidak terlihat oleh nila sebelanga.

Semua klub berteriak akan tidak adilnya sang wasit ketika mereka bertandang ke kandang lawan, untuk kemudian membiarkan kecurangan yang sama terjadi ketika mereka melakukan laga kandangnya sendiri.

3. Pemain yang buruk

Entah mengapa permainan pesepakbola Indonesia tidak pernah meningkat, bakat bukanlah satu satunya yang menjadi penentu sukses atau tidaknya seseorang di dunia ini, ada yang namanya kerja keras dan tentu saja kerja pintar, mungkin kita terlalu bekerja keras sehingga lupa untuk bekerja pintar, belajar keras harus diimbangi oleh belajar pintar.

4. Penonton yang buruk

Penonton adalah pemain ke 12, seharusnya mereka menjadi penyemangat dan kawan seiring sejalan sependeritaan. Tetapi yang ada adalah fanatisme buta, penonton hanya menginginkan kemenangan, tak perlu kemenangan itu di raih dengan cara yang keji sekalipun.

Pengalamanku pribadi, aku berhenti mendukung PERSIB saat aku mulai sadar bahwa supporternya lebih banyak yang melakukan keburukan dari pada kebaikan. Di mulai koor “wasit goblok” yang dinyanyikan setiap kali keputusan wasit dianggap tidak sesuai dengan keinginan mereka sampai dengan tindakan anarkis setiap kali PERSIB kalah bertanding dengan cara menghancurkan mobil mobil berplat nomor B dan juga menghancurkan kaca rumah di sepanjang perjalanan mereka. Tindakan ini pada akhirnya selalu dilakukan apapun hasil pertandingannya.

Aku selalu miris setiap kali melewati jalanan yang memperlihatkan kebrutalan mereka. Penonton sakit jiwa.

Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tuliskan namun entah mengapa memikirkan itu semua membuatku kehilangan selera untuk menulis, mungkin suatu saat nanti aku akan melanjutkannya. Mungkin

Related Post



0 Responses

Thank you for your comment, i really appreciate it

Gema Pramugia